Satuan dan Dosis Radiasi
Kita tidak dapat mendeteksi radiasi secara langsung dengan
menggunakan panca indera; namun kita dapat mendeteksinya dengan menggunakan peralatan
khusus, yang disebut Detektor Radiasi, misalnya
film fotografi, tabung Geiger-Müller, pencacah sintilasi, bahan
termoluminesensi maupun dioda silikon. Hasil
pengukuran detektor radiasi tersebut dapat kita interpretasikan sebagai energi radiasi
yang terserap di seluruh tubuh manusia atau di organ tertentu, misalnya hati.
Banyaknya energi radiasi pengion yang terserap per satuan massa bahan,
misalnya jaringan tubuh manusia, disebut Dosis Terserap
yang dinyatakan dalam satuan gray, dengan simbol Gy.
Untuk nilai yang lebih kecil, biasa digunakan miligray, mGy, yang sama dengan seperseribu
gray. Istilah gray diambil dari nama fisikawan Inggris, Harold Gray.
|
Besar dosis terserap yang sama untuk jenis radiasi yang
berbeda belum tentu mengakibatkan efek biologis yang sama, karena setiap jenis radiasi
pengion memiliki keunikan masing-masing dalam berinteraksi dengan jaringan tubuh manusia.
Sebagai contoh, dosis terserap 1 Gy yang berasal dari radiasi alfa
lebih berbahaya dibandingkan dengan dosis terserap 1 Gy yang berasal dari radiasi beta.
Karena adanya perbedaan
tersebut, kita memerlukan besaran dosis lain yang tidak bergantung pada jenis radiasi.
Besaran itu disebut Dosis Ekivalen dan memiliki
satuan sievert, dengan simbol Sv. Untuk
nilai yang lebih kecil, biasa digunakan milisievert, mSv, yang sama dengan seperseribu
sievert. Istilah sievert diambil dari nama fisikawan Swedia, Rolf Sievert.
|
Dosis ekivalen
adalah dosis terserap dikalikan dengan Faktor Bobot-Radiasi. Nilai faktor
bobot-radiasi ini berlainan untuk setiap jenis radiasi, bergantung pada kemampuan radiasi
tersebut untuk merusak jaringan tubuh manusia. Faktor bobot-radiasi untuk elektron (radiasi beta), foton
(gamma dan sinar-X)
bernilai 1 (satu), sedang untuk radiasi alfa bernilai 20. Ini berarti radiasi alfa bisa
mengakibatkan kerusakan pada jaringan tubuh 20 kali lebih parah dibandingkan dengan
radiasi beta, gamma atau sinar-X. Dengan adanya dosis ekivalen ini, maka kita dapat
menyatakan bahwa dosis ekivalen 1 Sv yang berasal dari radiasi alfa akan mengakibatkan
kerusakan yang sama dengan dosis ekivalen 1 Sv yang berasal dari radiasi beta.
Selain bergantung pada jenis
radiasi, setiap organ atau jaringan tubuh juga mempunyai kepekaan masing-masing terhadap
radiasi. Kerusakan akibat radiasi yang diterima oleh suatu organ, misalnya hati, juga
berbeda dengan organ lain, misalnya paru-paru. Karena itu, setiap organ juga mempunyai Faktor
Bobot-Organ.
|
Untuk memudahkan, biasanya kita hanya memperhatikan berapa
dosis radiasi yang mengenai seluruh tubuh. Besaran dosis radiasi ini disebut Dosis Efektif. Dosis efektif menyatakan penjumlahan
dari dosis ekivalen yang diterima oleh setiap organ utama tubuh dikalikan dengan faktor
bobot-organnya.
Perhitungan dosis efektif
|
Anggaplah seseorang menerima dosis
ekivalen 100 mSv pada paru-paru, 70 mSv pada hati dan 300 mSv pada tulang. Dosis efektif =
(100x0,12) + (70x0,05) + (300x0,01) = 18,5 mSv. Risiko akibat menerima radiasi pada
beberapa organ tubuh tersebut akan sama dengan risiko jika ia menerima dosis ekivalen 18,5
mSv secara merata pada seluruh tubuhnya.
|
Biasanya, dosis efektif seringkali disebut secara singkat sebagai Dosis
atau Dosis Radiasi saja. Dalam satuan lama, sebelum tahun 1970, dosis radiasi
dinyatakan dalam rem, dengan 1 Sv sama dengan 100 rem.
http://www.batan.go.id/pusdiklat/elearning/proteksiradiasi/pengenalan_radiasi/2-1.htm
0 komentar:
Posting Komentar